Yogyakarta adalah Kota Pelajar: Ini Asal Usulnya

Admin Januari 12, 2018
Sekian lama Kota Yogyakarta yang kaya dengan kultur budaya ini disinggung sebagai ‘kota pelajar’. Banyak insan-insan yang berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta sengaja datang ke propinsi ini dangan tujuan untuk mengenyam edukasi di segala tingkatan, dari sekolah dasar, sekolah atas, maupun perguruan tinggi.

Kualitas edukasi di kota yang nyaman ini memang termasuk baik dan kompeten baik di tingkat nasional maupun internasional.

Buktinya saja tidak sedikit para pelajar di instansi-instansi edukasi berlokasikan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjuarai sekian banyak olimpiade baik tingkat nasional sampai tingkat internasional.

Ini merupakan salah satu pencapaian yang pantas untuk dibanggakan, gencarnya pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia menghendaki generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mempunyai daya saing.


Membicarakan mengenai pelajar, meskipun berprestasi, tidak terpungkiri bahwa para pelajar di daerah ini tidak luput dari tindakan-tindakan negatif yang dapat merusak nama baik Yogyakarta dari sebutan kota pelajar.

Misalnya saja vandalisme yang sering terjadi di sudut-sudut kota yang sesungguhnya elok dan bersih karena dirawat oleh masyarakat. Berbagai macam aksi vandalisme yang mereka lakukan, misalnya mencoret-coret tembok atau rambu-rambu lalu lintas, sering kali menyulut emosi dari penduduk sekitar.

Bukan hanya vandalisme saja, ada hal lain yang berpotensi besar mengakibatkan masalah yang jauh lebih pelik yaitu perkelahian dan tawuran. Pasalnya, sering kali aksi mereka mencoret-coret tembok penduduk di suatu wilayah dengan menyertakan nama geng yang mereka ikuti.

Vandalisme semacam ini pada umumnya dilaksanakan untuk mengindikasikan wilayah dominasi geng-geng sekolah maupun geng-geng bebas yang saling bersaing satu sama lain.

Misalnya saja seorang pelajar menyebutkan nama geng yang dia ikuti di sebuah wilayah, contohnya saja geng ABC, lantas ada geng beda yang merasa bahwa daerah itu ialah wilayahnya, pelajar dari geng beda tersebut lantas akan mencoreng nama geng ABC yang menyebutkan namanya di wilayah itu dan menyebutkan gengnya sendiri di sana, contohnya DEF.

Apabila geng ABC memahami bahwa nama gengnya dicoret oleh geng DEF dan amarah dari geng ABC tersulut, maka bakal terjadi perkelahian dalam memperebutkan wilayah itu antara geng ABC dan geng DEF. Seperti drama klasik di masing-masing penjuru daerah, geng yang memenangkan perkelahian akan lebih berkuasa.

Tindakan balas dendam dan ‘kroyokan’ pun menjadi kebiasaan geng-geng yang berseteru. Kebiasaan mencegat siswa kerap terjadi di titik-titik tertentu Daerah Istimewa Yogyakarta. Pencegatan ini yang dicemaskan, bukan hanya untuk anggota geng, tetapi para pelajar biasa. Misalnya saja geng ABC makin berseteru dengan geng DEF.

Misalnya saja geng ABC ialah geng yang terdiri dari pelajar SMA ABC. Geng DEF akan menjalankan tindakan ‘pencegatan’ untuk setiap pelajar SMA ABC yang mereka temui dan mengadakan interogasi untuk pelajar tersebut, apakah dia anggota dari geng atau bukan. Apabila diketahui dia anggota geng, maka dia bakalan menjadi bulan-bulanan geng DEF. Tidak jarang pun geng itu akan meminta seragam sekolah korban mereka secara paksa sampai-sampai si korban kembali tanpa seragam sekolah.

Seragam tersebut seringkali disimpan sebagai ‘bukti’ mereka sudah pernah mem-bully siswa dari sekolah musuh. Namun sekarang terasa lebih lega karena pemerintah Kota Yogyakarta menyamakan badge seragam masing-masing pelajar sekolah negeri di Kota Yogyakarta, dari yang sebelumnya tertulis “SMA Negeri …” sekarang menjadi “Pelajar Kota Yogyakarta”.

Di samping vandalisme, tidak sedikit kalangan pelajar yang terjerumus ke hal-hal sesat yang sangat beresiko terhadap kehidupan mereka sendiri. Beberapa pelajar melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi aturan baik sekolah.

Para siswa yang sebenarnya cerdas dan memiliki bakat menjadi tersia-siakan. Rokok yang memicu gangguan kesehatan tubuh mereka. Alkohol yang berdampak negatif untuk kesehatan tubuh mereka ataupun kinerja otak mereka. Hubungan seks di bawah usia. Belum lagi narkoba yang dapat menghentikan pertumbuhan otak para pelajar.

Tak jarang penyebab para pelajar mengkonsumsi barang haram ini adalah pergaulan dengan geng-geng yang mereka ikuti. Adanya bandar di dalam geng-geng bebas maupun sekolah. Hal ini menjadi masalah di Kota Yogyakarta, akan tetapi telah menjadi masalah umum di kota-kota terkemuka laksana Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Hal ini sangat menyedihkan mengingat sosok pelajar yang seharusnya lebih mencondongkan diri menuntut ilmu namun malah mengikuti organisasi-organisasi negatif dan ikut serta dalam perusakan tempat umum sekaligus pencemaran diri mereka sendiri. Maka masih pantaskah Kota Yogyakarta dinamakan sebagai ‘kota pelajar’ dengan suasana para pelajar yang dalam bahaya bahaya ini?

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
First
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda